16 September 2012

Beda Luar Beda Dalam

Seperti kata pepatah mengatakan, "Don't jugde book by its cover". Jangan menilai buku dari luarnya. Jangan menilai sesuatu dari luarnya, tapi dari dalamnya.

Di dunia bisnis, pepatah yang satu ini terdengar "miring", tidak sesuai bagi mereka. Yah, kalau misalnya kita melihat sesuatu yang tidak menarik dari luarnya, pasti kita menyangka dalamnya juga tidak menarik bukan? Nah, karena itulah, untuk membuat bisnis apapun tetap berjaya, sebuah perusahan bisnis harus memaksimalkan penampilan luarnya sekaligus dalamnya. Baru dengan begitulah produk mereka bisa laku di pasaran.

Di jaman sekarang, semuanya sudah mulai jungkir balik. Yang baik jadi buruk, yang salah jadi benar. Luarnya bagus dalamnya gak. Kalau pepatah mengatakan "Don't judge book by its cover" dengan maksud dalamnya itu bagus jadi kita jangan menilai luarnya, sekarang gua merasa luarnya itu bagus tapi jangan hanya liat luarnya. Karena dalamnya bisa aja memuakkan!

Pernah suatu kali gua jalan-jalan di suatu tempat. Ada deretan cafe dan tempat makan disana. Ayah gua melihat satu tempat makan dan penasaran mau makan disana. Dari luarnya tempat itu terlihat begitu elegan, jadi kami memutuskan untuk mencoba menikmati makanan disana. Eh, eh bukannya menikmati, justru terbebani. Dari pertama masuk kesana sampai keluar dari sana, gua gak merasa ada yang spesial.

Saat duduk disana, gak ada satupun pelayan yang menghampiri kami. Ohmygod! Baru setelah karyawan disana memanggil satu sama lain, satu karyawan keluar bagaikan kambing lemah tak berdaya yang terpaksa harus meladeni kami. Setelah memesan makanan, pelayan itu pergi. Kami menunggu dan terus menunggu. Rasanya begitu lama sekali sampai gua mengganti kursi, parahnya lagi ayah gua merokok pula. Penderitaan banget waktu itu, gua paling benci orang lagi merokok. Setelah beberapa saat, makanan pun datang. Kami memesan dua mangkuk mie, satu otak-otak, ceker ayam, dan tiga kelapa. Mie dan otak-otak sudah ada di atas meja. Gua yang lagi lapar, mencucuk otak-otak itu dan gua masukkin ke mulut. Biasanya kalau orang lagi lapar, apapun yang masuk ke mulut bakal terasa enak. Tapi ini gak sama sekali! Makanannya gak fresh dan gak enak. Cih! Semua makanan yang tersaji di atas meja itu gak habis. Untunglah ada es kelapa yang menenangkan sejenak. Dari semua makanan yang disajikan, hanya kelapa itu saja yang menurut gua pantas dimakan. Setelah tidak puas dengan makanan kami pun memanggil bill. Ohmygod! Kami hanya bertiga dan billnya mencapai angka dua ratus! Wah-wah, gua sampai gak habis pikir. Makanannya sudah gak enak, servicenya gak bagus, harganya pun melambung tinggi. Pada saat itulah, gua bilang "Don't judge book by its cover".

Beda luar beda dalam. Memang luarnya bagus tapi dalamnya sampah. Itu tuh yang gua paling gak suka. Orang cantik atau ganteng tapi isinya busuk. Bukannya semua orang ganteng dan cantik itu seperti itu, tapi ada beberapa spesies yang terjangkit penyakit itu. Orang yang sudah mencapai tingkat kesuksesan tinggi cenderung melupakan daratan dan malah meninggi-ninggikan dirinya sendiri. Dari situlah muncul berbagai sifat baru seperti "keras kepala", "egois", "sombong". Sifat-sifat seperti itu merupakan penyakit yang cukup susah disembuhkan.

Kalau kita lihat sejenak biografi beberapa orang besar, kita bisa melihat bahwa sebagian dari mereka tidak sukses saat kecil. Beberapa dari mereka punya masa paling menyuramkam dalam diri mereka, tapi dari situlah mereka bangkit dan menjadi sesuatu yang spesial bagi semua orang.

Alexander Graham Bell seorang penemu telepon juga memiliki masa suram. Kedua saudaranya meninggal, dan ayahnya keras kepala. Dia merantau ke tempat lain, dan menjadi guru. Dia tertarik dengan telegram dan berusaha membuat telegram harmonik. Waktunya yang sudah sibuk makin disibukkan lagi dengan pekerjaan baru. Saat dia menemukan secercah harapan dengan telepon, waktunya makin ditekan. Dia memiliki saingan, Gray dan Edison, berbagai tekanan masuk dalam dirinya. Dia bahkan kurang tidur. Tapi dibalik masa-masa itu, dia berhasil membuat telepon. Tapi dia belum benar-benar berhasil, banyak orang yang meragukan telepon saat itu. Jadi dia harus berkeliling dan bercerita tentang teleponnya agar masyarakat mau menerimanya. Dan jadilah setelah berbagai macam cobaan yang menerpa Bell, dia berhasil dan dikenal dengan Sang Penemu Telepon.

Albert Einstein yang terkenal dengan berbagai temuannya juga memiliki masa yang tidak menyenangkan. Seperti yang kita ketahui, dia tidak bersekolah dan ibunya yang mengajarkannya sendiri. Tapi dibalik kecaman semua orang, dia berhasil menjadi ilmuwan terkemuka yang kita kenang hingga sekarang ini.

Beda luar beda dalam. Dulu merekea tidak dipercayai, dulu mereka tidak dianggap. Orang-orang melihat "ketidakmampuan" mereka dan berpikir bahwa mereka tidak akan berhasil. Tapi nyatanya kepribadian mereka berbeda dari penampilan. Sesuatu bernama kegigihan terus mereka tampilkan. Walau kelihatannya tidak meyakinkan, tapi dalamnya berbobot. Mereka sang ilmuwan terkemuka yang dulunya tidak dianggap. Bukan hanya Alexander atau Einstein tapi berbagai orang terkenal yang lain.

Yah, persepsi yang dulu dan sekarang rasanya telah berubah. Sekarang dua makna tergambar dari "Jangan menilai sesuatu dari luarnya". Yang satu luarnya jelek dalamnya bagus, dan satu lagi luarnya bagus dalamnya busuk.

Gua bisa kasih contoh lain tentang "luarnya bagus dalamnya busuk". Pelacur. Luarnya kelihatan cantik dan menggoda, tapi dalamnya? Isinya sudah dipakai banyak orang dan ternoda. Silap-silap siapa yang "memakainya" lagi akan ternoda juga. Sebagian orang berkata bahwa menjadi pelacur itu bisa karena terpaksa. Terpaksa karena tidak ada pekerjaan lain yang bisa dilakukan selain begitu. Nah, loh, ini kehidupan kita dan kita yang menentukan mau jadi apa kita nanti. Gua merasa kalau terpaksa menjadi prostitute itu terdengar aneh. Dia bisa saja menjadi pembantu, walaupun gajinya tidak seberapa tapi halal. Dia bisa saja menjadi yang lain, tapi kenapa dia terpaksa menjadi prostitute? Jika dia memang terpaksa, maka dia memerlukan seseorang yang bisa mengeluarkannya dari lingkaran setan. Dan siapa orang itu? Tanyakanlah pada diri sendiri.

Sampai disini dulu tulisan gua. (Gua gak nyangka bisa nulis sepanjang ini, gilak!) =)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar