Menjadi Ibu untuk yang pertama kalinya pastilah sangat membuat deg-degan. Bagaimana kalau ada yang salah dengan bayiku, Apa yang akan dia makan setiap hari, Kegiatan apa yang seharusnya dia lakukan, dll. Pertanyaan-pertanyaan itu tak asing lagi bagi ibu baru.
Tapi itu semua sudah akan berkurang jika kita menimang bayi kedua. Anugerah yang lain lagi. Jika kita sudah mempunyai bayi yang lainnya lagi, maka rasanya akan lebih enak karena kita sudah mendapat beberapa 'praktek' dari pengalaman bayi pertama.
Untuk mendapatkan anak yang baik dengan kepribadian yang kita inginkan, sudah sepantasnya kita mendidik mereka dari kecil. Seperti misalnya, orangtua yang jarang berkomunikasi dengan anaknya menyebabkan anaknya lebih suka menyendiri. Sebaliknya, orangtua yang selalu berkomunikasi dengan anaknya menyebabkan anaknya selalu bersosialisasi.
Bukan hanya ibu saja tetapi peranan ayah juga sangat penting bagi kehidupan. Si anak harus selalu dekat dengan kedua belah pihak agar terjalin sebuah komunikasi yang baik. Anak yang selalu dekat dengan ibunya memang kadang lebih menyukai ayahnya, tetapi lebih suka bersama dengan ibunya.
Beberapa buku motivasi yang mungkin cocok bagi Anda adalah "Aku terlahir 500 gram dan buta" dan juga "I can not Hear". Kedua buku ini bercerita tentang bagaimana sang ibu mendidik anak mereka dengan tegar. Meskipun anak mereka 'cacat', tapi itu tidak menjadi hambatan untuk mereka untuk tidak memperdulikan anaknya. Meski cacat, tetapi mereka sebisa mungkin menjalin hubungan sebagai anak normal.
Anda pasti pernah mendengar buku "Aku terlahir 500 gram dan buta". Karena buku ini sudah cukup terkenal dan menyandang buku best-seller. Kisah seorang anak yang lahir prematur dengan ibunya. Anak tersebut tidak memiliki ayah lagi sejak lahir. Hanya ibunya lah yang terus menjaganya, berada disisinya selama dirumah sakit, dan terus. Ibu tersebut sangatlah tegar, ia dengan sabar mengajarkan berbagai macam benda pada anaknya dengan cara memegang. Mereka sering menghabiskan waktu berdua. Seiring berkembangnya usia si anak mendekati pubertas, ia juga sering bertengkar pada ibunya. Semua ceritanya berisikan kepedihan, kesedihan, dan juga kegembiraan.
Bagaimana jika ibu tersebut menyerah terhadap nasib anaknya yang buta? Anak tersebut mungkin tidak ingin membuat karangan dan meraih medali.
Walau susah dan terkadang kesal, sebagai ibu, kita harus sabar. Dengan perlahan-lahan mengenalkan dunia kecil menjadi besar. Pertama-tama akan dimulai dengan merangkak, kemudian berjalan, memegang benda, menggoyangkan benda, berbicara, bermain, dan seterusnya.
Selain itu, kita juga tidak harus selalu baik hati pada anak. Karena lama kelamaan mereka mungkin akan menjadi-jadi, dan membentak akibat dari setiap luluhan hati Anda. Anak juga harus dimarahi jika berbuat kesalahan.
Sebagai contoh, ada seorang ibu yang bahkan tidak menoleh saat anaknya yang satu menggigit tangan orang lain, dan yang satunya lagi menjatuhkan sepeda motor tamunya. Lambat laun anak tersebut akan mengira jika dia berbuat begitu maka tidak akan ada konsekuensi yang diterima.
Oleh karena itu, Be a responsible parents! :D
Bener banget apa yang anda ulas di atas, tapi lembut dan ketegasan seorang ibu iuga harus dapat diseimbangkan jangan sampai anak berpikir ibu mereka sangat keras dan galak bisa2 kasih sayang yang sudah diberikan akan meluntur
BalasHapus