Sekitar delapan juta hektar lahan 36 DAS di Indonesia kini berada dalam kondisi kritis. Sebagian areal hutan, khususnya daerah hulu sungai telah berubah menjadi semak belukar, bahkan gundul. Sampai sekarang kerusakan DAS terus berlangsung.
Masalah DAS di Indonesia kini kebanyakan terpusat pada banjir yang berulang kali menimpa areal yang terjadi di daerah bawah. Hal itu tidak hanya menyebabkan produktivitas tanah menurun, tetapi juga menimbulkan masalah pengendapan lumpur pada waduk, saluran irigasi, dan projek tenaga air. Hal ini merupakan akibat dari penggunaan tanah yang tidak tepat, seperti sitem perladangan berpindah dan pertanian lahan kering, tanpa perlakuan konservasi yang tepat dan tidak mengikuti pola tata guna tanah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi DAS adalah iklim, jenis batuan yang dilalui DAS, dan banyak sedikitnya air yang jatuh ke alur pada waktu hujan. Sedangkan cepat atau lambatnya air hujan terkumpul di alur sangat tergantung pada bentuk lereng DAS. Di dalam wilayah daerah aliran sungai terdapat bentukan alam seperti meander, dataran banjir, dan delta.
Perhitungan banyaknya hujan di DAS, dapat dilakukan dengan menggunakan dua cara berikut.
- Metode Isohyet, digunakan kalalu luas DAS lebih besar dari 5.000 km2. Isohyet adalah garis dalam peta yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai jumlah curah hujan yang sama selama suatu periode tertentu.
- Metode Thiessen. digunakan kalau bentuk DAS tidak memanjang dan sempit, dengan luas antara 1.000-5.000 km2.
DAS di bagian tengah sungai, keadaannya relatif landai sehingga jalur transportasi dan komunikasinya relatih mudah. Daerah ini merupakan aktivitas penduduk, seperti pertanian, perdagangan, perindustrian, dan merupakan pusat-pusat pemukiman penduduk. Di daerah hilir sungai, DAS merupakan daerah yang landai dan subur. Maka dari itu, daerah ini banyak dimanfaatkan untuk pemukiman dan areal pertanian (misalnya, areal tanaman padi, jagung, dan tanaman kelapa).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar