3 Oktober 2012

Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat yang secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis dan sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya di dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau penulis.

Syarat keefektifan kalimat:
  • Adanya kesatuan gagasan. Terdapatnya satu ide pokok dalam sebuah kalimat. Contoh :
    • Pembangunan gedung sekolah baru pihak yayasan dibantu oleh bank yang memberi kredit. Kalimat tsb. tidak efektif karena terdapat subjek ganda dalam kalimat tunggal. Maka seharusnya diganti menjadi "Bank yang memberi kredit membantu pihak yayasan dalam pembangunan gedung sekolah"
    • Dalam pembangunan sangat berkaitan dengan stabilitas politik. Kalimat tsb. tidak efektif karena salah memakai kata depan "dalam" sehingga gagasan kalimat menjadi kacau. Maka seharusnya kata "dalam" dihilangkan
    • Berdasarkan agenda sekretaris manajer personalita akan memberi penyerahan pada pegawai baru. Kalimat tsb. tidak efektif karena tidak jelas siapa yang memberi penyerahan. Maka kita dapat menambahkan tanda koma (,) setelah sekretaris jika yang memberi penyerahan adalah manajer atau setelah agenda jika yang memberi penyerahan adalah sekretaris
  • Kepaduan unsur (koherensi). Yaitu hubungan yang padu antara unsur-unsur pembentuk kalimat. Contoh:
    • Kepada setiap pengendara mobil di Medan harus memiliki SIM. Kalimat tsb. tidak efektif sebab tidak memiliki subjek. Maka dari itu, kita dapat menghilangkan kata "kepada" sehingga yang menjadi subjek adalah "setiap pengendara mobil"
    • Saya punya rumah baru saja diperbaiki. Kalimat tersebut tidak efektif karena memiliki struktur yang salah. Seharusnya kata "saya punya rumah" diganti menjadi "rumah saya". 
    • Yang saya sudah sarankan kepada mereka adalah merevisi anggaran proyek itu. Kalimat tersebut salah dalam pemakaian kata dan frasa. Kata "saya" dan "sudah" seharusnya dibalik menjadi "Yang sudah saya sarankan..."
    • Tentang kelangkaan pupuk mendapat keterangan para petani. Kalimat tersebut tidak efektif karena unsur S-P-O tidak berkaitan erat. Seharusnya diganti menjadi "Para petani mendapat keterangan kelangkaan pupuk"
  • Keparalelan bentuk. Terdapatnya unsur yang sama derajatnya, sama pula susunan kata atau frasa yang dipakai dalam kalimat. Misal dalam sebuah perincian unsur pertama menggunakan verba maka unsur kedua dan seterusnya adalah verba juga. Jika bentuk pertama nomina (benda) maka unsur kedua dan seterusnya adalah nomina (benda) juga. Contoh :
    • Kegiatan di perpustakaan meliputi pembelian buku, membuat katalog, dan buku-buku diberi label. Di unsur pertama sudah memakai awalan "pe-" maka seterusnya juga "pe-". Kalimat tersebut diganti menjadi "... pembelian buku, pembuatan katalog, dan pelabelan buku-buku"
    • Kakakmu menjadi dosen atau sebagai pengusaha? Disini tampak ketidakseimbangan unsur. Kita bisa memilih untuk memakai "menjadi" saja atau "sebagai" saja. Kalimat bisa diganti menjadi "Kakakmu menjadi dosen atau menjadi pengusaha?"
    • Demikianlah agar Ibu maklum, dan atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih. Di awal kalimat sudah disinggung kata "Ibu", maka seterusnya juga memakai "Ibu". Jadi kata "perhatiannya" yang menggunakan orang ketiga diganti menjadi "perhatian Ibu" yang menggunakan orang kedua.
    • Dalam rapat itu diputuskan tiga hal pokok, yaitu peningkatan mutu produk, memperbanyak waktu penyiaran iklan, dan pemasaran yang lebih gencar. Unsur pertama menggunakan kata kerja "peningkatan", maka seterusnya juga menggunakan kata kerja. Jadi kalimat tersebut diganti menjadi "... peningkatan mutu produk, peninggian waktu penyiaran iklan, dan pengencaran pemasaran"
  • Menggunakan kata baku
  • Kelogisan
  • Bentuk kata menggunakan EYD alias Ejaan Yang Disempurnakan
  • Tidak menimbulkan pleonasme. Pleonasme merupakan pemakaian kata yang sebenarnya tidak perlu dan terkesan berlebihan atau mubazir. Contoh :
    • Para siswa-siswa mengikuti kegiatan upaca bendera. Kata "para" mengandung arti "banyak". Sementara dalam kalimat tersebut "siswa-siswa" juga menunjukkan lebih dari satu siswa. Kita tidak perlu menggunakan dua kata berarti sama sekaligus. Jadi kita bisa memilih antara "para siswa" atau "siswa-siswa" saja.
    • Alice masuk ke dalam rumah. Kata "masuk" selalu mengarah ke "dalam" dan tidak pernah ke "luar". Kata "dalam" di kalimat tersebut sebaiknya dihilangkan. 
    • Aku melakukan ini semua demi untuk membahagiakan dirimu. Kata "demi" sama artinya dengan kata "untuk". Jadi kita bisa memakai kata "demi" saja atau "untuk" saja.
    • Mom menanam berbagai sayuran di rumah, seperti sayur kangkung, sayur bayam, dan sayur selada. Hiponim adalah kata-kata yang terwakili oleh kata hipernim. Hipernim pada kalimat ini adalah sayuran. Sementara kangkung, bayam, dan selada adalah hiponim. Di awal kalimat sudah dijelaskan tentang sayuran, oleh karena itu tidak perlu lagi dicantumkan kata sayur di belakang. Kata sayur dibelakang seharusnya dihilangkan. 
  • Tidak terkontaminasi. Kontaminasi terjadi karena salah penggabungan dua hal yang berbeda sehingga menjadi suatu hal yang tumpang tindih. Contoh :
    • Kadang kala aku suka membaca biografi seseorang. Kata "kadang kala" merupakan kata yang terkontaminasi. Seharusnya diganti menjadi "kadang-kadang" atau "ada kalanya". 
    • Aku sudah mengingatkanmu berulang kali. Kata "berulang kali" juga merupakan kata yang terkontaminasi. Seharusnya diganti menjadi "berulang-ulang" atau "sering kali".


1 komentar: