8 Oktober 2012

Proses Penyebaran Islam ke Indonesia

Ada beberapa tokoh yang mengemukakan pendapat tentang masuknya Islam di Indonesia, yakni :

Marco Polo (1292). Dalam perjalanan pulang ke Cina, Marco Polo mengunjungi Pulau Sumatera. Pelabuhan yang pertama dikunjunginya dinamakan Ferlec. Menurut Marco Polo, daerah Ferlec banyak dikunjungi oleh pedagang Muslim. Keberadaan penduduk Muslim itu dapat mengubah keyakinan penduduk asli untuk memeluk ajaran agama Islam. Berita dari Marco Polo merupakan berita tertua yang menyatakan bahwa di Indonesia telah berkembang sekelompok penduduk Muslim, terutama pada kota-kota yang terletak di tepi pantai atau jalur pelayaran. 

Mohammad Ghor. Mohammad Ghor merupakan seorang tokoh yang berhasil menaklukan dan menyebarkan Islam di Gujarat (India). Dalam penyebaran budaya dan ajaran agama Islam di Indonesia, pada pedagang Gujarat memiliki peran yang sangat penting. Melalui hubungan yang dijalin antara para pedagang Gujarat dengan para pedagang Indonesia itulah, budaya dan ajaran agama Islam berkembang ke Indonesia.

Ibn Battuta. Ibn Batuta telah dua kali melakukan perjalanan ke dan dari Cina. Ia menemukan satu kerajaan Islam. Hal ini dibuktikan dengan keberadaan Sultan yang mengikuti upacara Syafi'i. Ibn Batuta juga menyatakan bahwa daerah-daerah yang berada di sekitar negeri penduduknya belum memeluk agama Islam. Ibn Batuta juga mengemukan satu makam Islam di kota Samudera yang berangka tahun 1421. Penemuan makam bercorak Islam ini, menandakan di daerah Samudera pada waktu itu telah berkembang agama Islam.


Diego Lopez de Sequeira. Pada tahun 1509, Diego mengunjungi Pasai. Ia berpendapat bahwa Pasai merupakan pusat penyebaran budaya dan ajaran agama Islam terpenting dan pertama di Indonesia. Bahkan dari daerah Pasai inilah, budaya dan ajaran agama Islam kemudian berkembang ke berbagai daerah di Indonesia.

Sir Richard Winsted. Ia menyatakan bahwa Parameswara (raja Malaka) telah memeluk agama Islam dan mengganti namanya menjadi Iskandar Syah. Hal ini dilakukan karena Malaka mempunyai posisi yang sangat strategis dalam aktivitas pelayaran dan perdagangan yang melalui Selat Malaka. Bahkan dalam perkembangan selanjutnya, Malaka dijadikan sebagai pusat perdagangan dan penyebaran agama Islam di Asia Tenggara termasuk juga Indonesia.


Sumber-sumber pendukung masuknya Islam ke Indonesia

Teori masuknya islam ke Indonesia diperkuat dengan adanya sumber sejarah dari luar maupun dalam negeri.
  • Berita Arab. Berita ini diketahui melalui para pedagang Arab yang melakukan aktivitasnya dalam bidang perdagangan dengan bangsa Indonesia. Para pedagang Arab telah datang ke Indonesia sejak masa Kerajaan Sriwijaya yang menguasai jalur pelayaran-perdagangan di wilayah Indonesia bagian barat termasuk Selat Malaka pada masa itu. Hubungan pedagang Arab dengan Kerajaan Sriwijaya terbukti dengan adanya sebutan para pedagang Arab untuk kerajaan Sriwijaya, yaitu Zabaq, Zabay, atau Sribusa. 
  • Berita Eropa. Berita ini datang dari Marco Polo. Ia adalah orang Eropa yang pertama kali menginjakkan kakinya di wilayah Indonesia, ketika ia kembali dari Cina menuju Eropa melalui jalan laut. Ia mendapat tugas dari kaisar Cina untuk mengantarkan putrinya yang dipersembahkan kepada Kaisar Romawi. Dalam perjalanannya, ia singgah di Sumatera bagian utara. Di daerah ini ia menemukan adanya kerajaan Islam, yaitu Kerajaan Samudera dengan ibukota Pasai. 
  • Berita India. Berita ini menyebutkan bahwa para pedagang India dari Gujarat mempunyai peranan penting dalam penyebaran agama dan kebudayaan Islam di Indonesia. Karena di samping berdagang, mereka juga aktif mengajarkan agama dan kebudayaan Islam kepada setiap masyarakat yang dijumpainya, terutama kepada masyarakat yang terletak di daerah pesisir pantai. 
  • Berita Cina. Berita ini berhasil diketahui melalui catatan dari Ma-huan, seorang penulis yang mengikuti perjalanan laksamana Cheng-ho. Ia menyatakan melalui tulisannya bahwa sejak kira-kira tahun 1400 telah ada pedagang-pedagang Islam yang bertempat tinggal di Pulau Jawa.
  • Sumber dalam negeri. Terdapat sumber-sumber dari dalam negeri yang menerangkan berkembangnya pengaruh Islam di Indonesia. 
    • Pertama, penemuan sebuah batu bersurat di Leran (dekat Gresik). Batu bersurat itu menggunakan huruf dan bahasa Arab, yang sebagian tulisannya telah rusak. Batu itu memuat keterangan tentang meninggalnya seorang perempuan yang bernama Fatimah binti Ma'mun.
    • Kedua, makam Sultan Malikul Saleh di Sumatera Utara yang meninggal pada bulan Ramadhan tahun 676 H atau tahun 297 Masehi.
    • Ketiga, makam Syekh Maulana Malik Ibrahim di Gresik yang wafat tahun 1419M. Jirat makam didatangkan dari Gujarat dan berisi tulisan Arab.

Saluran Penyiaran Agama Islam di Indonesia

Dari dua kota suci Islam, Mekkah dan Madinah, agama Islam meluas ke pusat-pusat peradaban lama yang telah memiliki peradaban lembah sungai sebelumnya, yaitu Irak di lembah Mesopotamia (sungai Eufrat dan Tigris), Israel di lembah Yordan, dan Mesir di lembah Nil. Pada daerah-daerah baru itu, agama Islam memperoleh unsur-unsur baru yang tidak menyimpang dari kaidah yang telah ditentukan. Dari ketiga daerah tersebut agama Islam menyebar ke Indonesia melalui jalur perdagangan.

Berdasarkan asal daerah dan waktunya, penyebaran Islam dari Timur Tengah ke Indonesia dapat dibedakan atas tiga gelombang. Pertama, dari daerah Mesopotamia yang waktu itu terkenal sebagai Persia merupakan jalur utara. Dari wilayah Persia, Islam menyebar ke timur melalui jalan darat Afganistan, Pakistan, dan Gujarat, kemudian melalui laut menuju Indonesia. Dari jalur tersebut Islam memperoleh unsur baru yang disebut Tasawuf, yaitu cara untuk mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah SWT, disamping tata cara makam yang dibuat besar dan sangat dihormati serta adanya unsur-unsur Hindu (di Pakistan sekarang). Dengan melalui jalur tersebut, pengaruh Islam dengan cepat berkembang di wilayah Indonesia. Hal ini juga disebabkan adanya unsur-unsur yang sama dengan kehidupan masyarakat Indonesia. Daerah yang mendapat pengaruh adalah Aceh.

Kedua, melalui jalur tengah, yaitu dari bagian barat Lembah Yordania dan di bagian timur melalui semenanjung Arabia, khususnya Hadramaut yang menghadap langsung ke Indonesia. Dari daerah semenanjung Arabia, penyebaran agama Islam ke Indonesia lebih murni, diantaranya adalah aliran Wahabi (dari nama Abdul Wahab) yang terkenal keras dalam penyiaran agamanya. Daerah yang merasakan pengaruhnya adalah daerah Sumatera Barat.

Ketiga, melalui jalur selatan yang berpangkal di wilayah Mesir. Dari kota Kairo yang merupakan pusat penyiaran agama Islam secara modern. Indonesia memperoleh pengaruh terutama dari organisasi keagamaan yang disebut Muhammadiyah. Muhammadiyah merupakan gerakan kembali kepada Al-Qur'an dan Hadits dan tidak terikat kepada salah satu mazhab.


Proses penyebaran agama Islam di Indonesia dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya:

Perdagangan. Sejak abad ke-7 M, para pedagang Islam dari Arab, Persia, dan India telah mengambil bagian dalam kegiatan perdagangan di Indonesia. Hal ini menimbulkan jalinan hubungan dagang antara masyarakat Indonesia dan para pedagang Islam. Di samping berdagang, para pedagang Islam juga menyampaikan dan mengajarkan agama serta budaya Islam kepada orang lain. Dengan cara tersebut, banyak pedagang Indonesia yang memeluk agama Islam dan mereka itu pun menyebarkan agama dan budaya yang baru dianutnya kepada orang lain. Dengan demikian, secara bertahap agama dan budaya Islam tersebar dari pedagang Arab, Persia, India kepada masyarakat Indonesia.
Proses Islamisasi melalui perdagangan sangat menguntungkan dan lebih efektif dari cara-cara lainnya. Apalagi yang terlibat dalam perdagangan bukan hanya masyarakat yang berasal dari golongan bawah, melainkan juga golongan atas seperti kaum bangsawan atau para raja.

Perkawinan. Para pedagang Islam melakukan kegiatan perdagangan dalam waktu yang cukup lama. Sebagian dari mereka menetap di suatu daerah pada waktu yang cukup lama. Keadaan ini mempererat jalinan hubungan antara penduduk pribumi atau kaum bangsawan dengan para pedagang. Dari jalinan yang baik inilah, kadang diteruskan dengan pernikahan antara putri kaum pribumi dengan para pedagang Islam. Kemudian lahirlah seorang anak Muslim. Lambat laun terbentuklah masyarakat muslim dengan adat Islam hingga pada suatu saat terbentuk kerajaan Islam. Misalnya pernikahan antara Raden Rakhmat atau Sunan Ampel dengan Nyai Manila, pernikahan Sunan Gunung Jati dengan putri Kawungaten, pernikahan antara Raja Brawijaya dengan putri Jeumpa yang beragama Islam kemudian memiliki putra Raden Patah yang kelak menjadi raja pertama di Demak.

Politik. Pengaruh kekuasaan seorang raja juga berperan besar dalam proses Islamisasi. Ketika seorang raja memeluk agama Islam, maka rakyat juga akan mengikuti jejak rajanya. Rakyat memiliki kepatuhan yang tinggi dan seorang raja selalu menjadi panutan bahkan menjadi teladan bagi rakyatnya.
Setelah tersosialisasinya agama Islam, maka kepentingan politik dilaksanakan melalui perluasan wilayah kerajaan, yang diikuti dengan penyebaran agama Islam. Contohnya, Sultan Demak mengirimkan pasukannya dibawah pimpinan Fatahillah untuk menduduki wilayah Jawa Barat dan memerintahkan untuk menyebarkan agama Islam.

Pendidikan. Para ulama, guru-guru agama, ataupun para kyai juga memiliki peranan penting dalam penyebaran agama dan budaya Islam. Mereka menyebarkan agama Islam melalui bidang pendidikan, yaitu dengan mendirikan pondok-pondok pesantren. Pondok pesantren ini merupakan tempat pengajaran agama Islam bagi para santri. Mereka kemudian menyebarkan dan mengembangkan agama Islam ke masyarakat, bahkan setiap santri selalu berusaha untuk dapat membangun tempat ibadah.
Pesantren-pesantren yang didirikan bertujuan untuk mempermudah penyebaran dan pemahaman agama Islam. Diantaranya terdapat pesantren yang didirikan oleh Raden Rakhmat di Ampel Denta, Surabaya dan pesantren yang didirikan oleh Sunan Giri di Giri. Para santri yang mengikuti pendidikan bukan hanya berasal dari daerah sekitar pondok pesantren itu saja, melainkan juga ada yang datang dari daerah-daerah yang sangat jauh, seperti dari daerah Maluku dan Makassar untuk belajar di Jawa.

Kesenian. Kesenian dapat dilakukan dengan mengadakan pertunjukkan seni gamelan seperti yang terjadi di Yogyakarta, Solo, Cirebon, dan lain-lain. Seni gamelan ini dapat mengundang masyarakat untuk berkumpul dan selanjutnya dilaksanakan dakwah keagamaan. Di samping seni gamelan juga terdapat seni wayang. Pertunjukkan seni wayang sangat digemari oleh masyarakat. Melalui cerita-cerita wayang itulah para ulama menyisipkan ajaran agama Islam, sehingga masyarakat dapat dengan mudah menangkap dan memahaminya. Contohnya, Sunan Kalijaga memanfaatkan seni wayangnya untuk proses Islamisasi. Selain itu, pengaruh Islam juga berkembang melalui seni sastra, seni rupa, atau seni kaligrafi dan seni lainnya.


Tasawuf. Para ahli Tasawuf hidup dalam kesederhanaan, mereka selalu berusaha menghayati kehidupan masyarakat dan hidup bersama di tengah-tengahnya. Para ahli tasawuf biasanya memiliki keahlian yang dapat membantu masyarakat, di antaranya ahli dalam menyembuhkan penyakit dan lain-lain.  Mereka juga aktif menyebarkan dan mengajarkan ajaran agama Islam. Penyebaran agama Islam yang mereka lakukan disesuaikan dengan kondisi, pikiran, dan budaya masyarakat pada masa itu, sehingga ajaran agama Islam dengan mudah dapat diterima oleh masyarakat.  Ahli tasawuf ada masa itu antara lain Hamzah Fansuridi Aceh dan Sunan Panggung di Jawa.

Melalui berbagai saluran tersebut, Islam dapat diterima dan berkembang pesat sejak sekitar abad ke-13 M. Alasannya adalah sebagai berikut.
  • Islam bersifat terbuka sehingga penyebaran agama Islam dapat dilakukan oleh siapa saja atau oleh setiap orang Muslim
  • Penyebaran Islam dilakukan secara damai
  • Islam tidak membedakan kedudukan seseorang dalam masyarakat
  • Upacara-upacara dalam agama Islam dilakukan dengan sederhana
  • Ajaran Islam berupaya untuk menciptakan kesejahteraan kehidupan masyarakatnya dengan adanya kewajiban zakat bagi yang mampu

sumber gambar :
http://www.biography.com/imported/images/Biography/Images/Profiles/P/Marco-Polo-9443861-1-402.jpg
http://eventsandpromo.info/wp-content/uploads/2010/08/ibn_battuta_07.jpg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar